Batik Tulis Lintang Malang

Search
Close this search box.

Dari Kelas ke Kanvas: Siswa SMPN 1 Pandaan Melestarikan Warisan Budaya Lewat Batik Tulis

Siswa SMPN 1 Pandaan belajar membuat batik tulis dalam kegiatan P5 yang digelar di galeri Batik Lintang pada 12 November 2024

Malang, 12 November 2024 – Sebanyak 357 siswa SMPN 1 Pandaan berpartisipasi dalam inisiatif kreatif membuat batik pada hari Selasa, 12 November 2024. Proyek ini merupakan bagian dari program Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang berfokus pada pembuatan ikat kepala (udeng) dan syal batik. Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan budaya lokal, khususnya seni membatik.

SMPN 1 Pandaan telah bekerja sama dengan Batik Lintang selama tiga tahun berturut-turut dalam program P5 ini. Ita Fitriyah, pendiri Batik Lintang, menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk memperkenalkan generasi muda pada keindahan dan nilai budaya yang terkandung dalam batik. “Misi saya adalah mendidik generasi muda tentang batik agar mereka dapat mengetahui, memahami, dan menghargainya,” ujarnya.

Selain program tahunan ini, SMPN 1 Pandaan juga mendukung pelestarian budaya melalui kegiatan ekstrakurikuler batik. Upaya ini memastikan bahwa siswa tidak hanya mengenal batik saat acara khusus, tetapi juga mendapatkan pendidikan berkelanjutan tentang pentingnya batik.

Selama kegiatan, siswa belajar teknik menyanting, keterampilan dasar dalam pembuatan batik tulis. Mereka diajarkan cara menggunakan canting (alat tradisional untuk membatik), mengatur suhu malam (lilin cair), dan menerapkan lilin cair pada kain mori sesuai pola yang telah ditentukan. Proses menyanting membutuhkan kesabaran dan ketelitian untuk menghasilkan motif yang rumit dan rapi. Melalui praktik langsung, siswa memperoleh pemahaman mendalam tentang keindahan dan kompleksitas membuat batik.

Selain menguasai teknik menyanting, siswa juga mempelajari makna filosofis di balik berbagai motif batik khas Batik Lintang. Setiap motif yang dibuat oleh Batik Lintang memiliki simbolisme mendalam, menjadikannya lebih dari sekadar seni dekoratif. Motif Tlogosari, yang menjadi ciri khas Batik Lintang, menjadi fokus proyek ini. “Saya menciptakan motif ini untuk memberikan manfaat bagi desa, dan diharapkan pemerintah akan terus mempromosikannya sebagai kebanggaan masyarakat lokal,” jelas Ita.

Siswa juga diajarkan tentang pentingnya melestarikan batik sebagai warisan budaya nasional. Dengan memahami simbolisme dan sejarah di balik setiap desain, mereka belajar untuk menghargai batik sebagai tradisi yang layak dijaga. Kolaborasi antara Batik Lintang dan SMPN 1 Pandaan melalui program tahunan ini menjadi bukti bahwa pelestarian budaya dapat selaras dengan pendidikan.

“Melalui generasi muda ini, kami berharap tradisi batik dapat terus dilestarikan. Sangat penting bagi generasi muda untuk menghargai, menggunakan, mempraktikkan, mengedukasi, memahami, dan tentu saja belajar cara membuat batik,” tutup Ita.

id_IDID