Batik Tulis Lintang Malang

Search
Close this search box.

Batik Lintang Perlahan Beralih ke Pewarna Alami, Berkontribusi pada Penanganan Perubahan Iklim

Batik Lintang beralih menggunakan pewarna alami selama produksi batik di Galeri Batik Lintang di Malang pada 15 Mei 2024.

Malang, 15 Mei 2024 – Batik Lintang, sebuah produsen batik terkenal di Kabupaten Malang, Jawa Timur, kini sedang dalam proses beralih menggunakan pewarna alami. Ita Fitriyah (46), pemilik Batik Lintang, menjelaskan alasan dan tantangan di balik perubahan ini. Meskipun belum sepenuhnya beralih, Batik Lintang bertekad untuk mengarah ke produksi batik yang lebih ramah lingkungan, sebuah langkah yang sejalan dengan Sustainable Development Programs (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan nomor 13 tentang Penanganan Perubahan Iklim.

Ita menjelaskan bahwa keputusan ini didorong oleh keinginan untuk menciptakan “green batik” yang ramah lingkungan dan dapat diterima oleh masyarakat luas. “Kami masih dalam tahap bertahap untuk beralih ke pewarna alami. Produksi independen kami sudah menggunakan pewarna alam, tetapi untuk order-an konsumen masih menggunakan pewarna sintetis karena permintaan dan harga,” jelasnya.

Pewarna alami, meskipun lebih ramah lingkungan, memiliki harga yang lebih tinggi. Oleh karena itu, produk batik yang dihasilkan dengan pewarna alami saat ini hanya terjangkau oleh kalangan menengah ke atas. “Ketika kami meluncurkan produk dengan pewarna alami, diterima sangat baik oleh kalangan menengah ke atas. Namun, untuk kalangan menengah ke bawah, harga masih menjadi kendala,” tambah Ita.

Dalam hal kualitas warna, pewarna alami memiliki fleksibilitas. Ita menjelaskan bahwa intensitas warna dapat diatur sesuai keinginan konsumen. “Warna dari pewarna alam tergantung pada pengunci warnanya. Jika ingin warna gelap, bisa dibuat gelap, dan sebaliknya. Pewarna alam menghasilkan warna yang sangat lembut dan bisa disesuaikan dengan permintaan konsumen.”

Namun, peralihan ini tidak tanpa tantangan. Proses pewarnaan dengan bahan alami memakan waktu lebih lama dibandingkan dengan pewarna sintetis. “Proses pewarnaan alami sangat memakan waktu. Untuk satu kain dengan motif rumit bisa memakan waktu enam bulan hingga satu tahun, sementara dengan pewarna sintetis bisa selesai dalam dua bulan,” ujarnya. Proses pewarnaan alami melibatkan banyak tahap mulai dari pemilihan bahan, ekstraksi pewarna, hingga pencelupan yang bisa mencapai 30 kali untuk satu warna yang diinginkan.

Selain tantangan waktu, penggunaan pewarna alami juga membutuhkan keterampilan khusus dari para pekerja. Ita mencatat bahwa para pekerja tidak mengeluh, namun proses yang panjang dan intensif memerlukan konsentrasi dan tenaga ekstra. “Kami tetap memproduksi batik meskipun tidak ada order-an, untuk produksi mandiri. Kami ingin semua kembali ke green batik dan tidak terus mencemari lingkungan,” kata Ita.

Ita juga menekankan pentingnya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. “Pewarna sintetis menghasilkan karbon dan polusi. Untuk meminimalisir dampak tersebut, kami menetralisir limbah pewarna sebelum dibuang. Dengan pewarna alami, kami tidak perlu menetralisir karena limbahnya aman dan dapat diserap oleh tanah,” jelasnya.

Langkah Batik Lintang dalam beralih ke pewarna alami mendukung upaya global dalam mengurangi dampak perubahan iklim, sebagaimana yang diusung oleh SDGs nomor 13. Penggunaan pewarna alami mengurangi emisi karbon dan polusi yang dihasilkan dari pewarna sintetis, sehingga membantu menjaga kelestarian lingkungan.

Penggunaan pewarna alami tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga lebih aman bagi pekerja. “Proses pewarnaan dengan pewarna alami tidak menyebabkan gatal seperti pewarna sintetis. Pekerja merasa lebih aman dan nyaman, meskipun prosesnya lebih lama,” ujar Ita.

Dengan segala tantangan dan kelebihannya, Batik Lintang berkomitmen untuk terus meningkatkan produksi batik ramah lingkungan. “Kami yakin bahwa dengan penggunaan pewarna alami, nilai ekonomis dan kelestarian lingkungan dapat terjaga. Ini adalah langkah kecil menuju masa depan yang lebih hijau,” tambahnya.

id_IDID