Batik Tulis Lintang Malang
Batik Lintang menjadi tuan rumah bagi 30 mahasiswa dari MBKM UB selama pelatihan membatik tulis di Galeri Batik Lintang di Malang pada 19 Mei 2024.
Malang, 19 Mei 2024 – Batik Lintang telah menjadi tuan rumah bagi acara pelatihan membatik tulis yang dihadiri oleh 30 mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia di Galeri Batik Lintang, Karangploso, Malang, pada Minggu (19/5/2024). Kegiatan ini merupakan bagian dari program MBKM tepatnya Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Universitas Brawijaya (UB) yang bertujuan untuk memperluas wawasan dan keterampilan mahasiswa di luar lingkungan kampus.
Ita Fitriyah (46), pendiri Batik Lintang, serta salah satu instruktur acara, menekankan tujuan utama dari pelatihan ini adalah untuk meregenerasi dan mendidik generasi muda tentang pentingnya melestarikan budaya batik tulis. Dengan pengenalan yang mendalam terhadap teknik membatik tulis, diharapkan generasi penerus dapat mengapresiasi nilai budaya yang terkandung di dalamnya.
“Tujuannya adalah meregenerasi, edukasi apa itu batik tulis, karena saya paling senang kalau generasi penerus kita itu mampu melihat batik tulis itu sebuah budaya yang terus dilestarikan khususnya bagi generasi muda maupun di pendidikan,” kata Ita.
Memilih teknik membatik tulis sebagai fokus utama pelatihan bukanlah keputusan yang diambil secara sembarangan. Ita menjelaskan bahwa batik tulis adalah akar dari seni batik Indonesia yang diakui secara internasional. Dengan memahami sejarah dan teknik yang terlibat, mahasiswa diharapkan dapat melihat nilai warisan budaya yang terkandung dalam batik tulis.
“Yang menjadi latar belakang untuk kenapa memilih batik tulis aslinya, ya, karena sejarah batik tulis itu sendiri yang sampai diakui oleh dunia luar. Kain khas wastra Indonesia,” jelasnya.
Para peserta pelatihan juga berbagi kesan mereka. Chrisly Lamarani (22), mahasiswa dari Universitas Sam Ratulangi, menyatakan bahwa pengalaman langsung dalam mempraktikkan teknik membatik tulis memberinya rasa syukur atas kesempatan untuk ikut melestarikan kebudayaan Indonesia.
“Ini adalah pengalaman pribadi untuk langsung mempraktikkan dan juga mendengarkan materi dari pengrajin dan ini menjadi salah satu bentuk rasa syukur yaitu untuk melestarikan kebudayaan kita, kebudayaan batik ini sendiri,” ujar Chrisly.
Sementara itu, Chintya Marcelina Saekoko (20) dari Universitas Nusa Cendana, merasa antusias dengan pembelajaran yang disajikan dalam acara tersebut. Ia menyoroti pentingnya tidak hanya mendengarkan materi, tetapi juga langsung mempraktikkan keterampilan membuat batik.
“Ini adalah pengalaman pertama kali kita belajar dan bukan hanya mendengarkan materi tapi kita langsung mempraktikkan cara membuat batik itu sendiri,” kata Chintya, “kita bisa cepat paham dengan ajaran itu.”
Acara pelatihan membatik ini tidak hanya memberikan wawasan baru kepada mahasiswa tentang seni tradisional Indonesia, tetapi juga membantu memupuk rasa cinta dan kebanggaan terhadap warisan budaya yang kaya.
Kami berkomitmen untuk melestarikan warisan batik Indonesia dan selalu berinovasi
WhatsApp us